PUSARAN.CO– Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas Suharso Monoarfa menyampaikan bahwa tantangan global ke depan semakin kompleks mengikuti perubahan yang sangat cepat di segala bidang.
Oleh karena itu menurut Menteri Bappenas RI ini setidaknya ada 10 Megatren yang akan dihadapi Indonesia pada tahun 2045 mendatang.
Katanya, megatren global yang penting dalam 20 tahun ke depan akan merubah paradigma pembangunan global, mendorong kebijakan pro lingkungan, adaptasi teknologi.
“Megatren global juga mendorong pembangunan infrastruktur kolektivitas kawasan yang lebih hijau, serta penggunaan sistem keuangan digital,” katanya, saat pembukaan Musrenbangnas RPJPN 2025-2045 yang disiarkan melalui YouTube Bappenas RI, Senin (22/5/23).
Suharso Monoarfa melanjutkan, beberapa tantangan megatren 2045 mendatang yaitu geopolitik dan geo ekonomi, yakni eskalasi persaingan antar negara dan kemunculan kekuatan baru, serta nilai output negara berkembang mencapai 71 persen.
Megatren 2045 selanjutnya adalah penduduk kelas menengah, dimana jumlah middle dan upper income class lebih dari 90 persen atau 8,8 miliar.
Lalu, persaingan sumber daya alam, yakni terjadinya peningkatan peran ekonomi Asia dan penduduk di Afrika mendorong persaingan memperebutkan Sumber Daya Alam.
“Perubahan iklim yaitu peningkatan suhu global disertai cuaca ekstrem dan bencana, keuangan internasional yaitu dominasi mata uang dunia bergeser dari dolar amerika serikat menjadi multi currencies,” lanjutnya.
Suharso Monoarfa menambahkan, megatren 2045 adalah luar angkasa, yaitu ekonomi antariksa, kelestarian antariksa dan keamanan antariksa.
Kemudian, urbanisasi dunia di mana penduduk perkotaan 65 persen, dan peranan produk domestik bruto 70 persen.
Perdagangan internasional perdagangan global tumbuh 3,4 persen per tahun. Disrupsi teknologi, di mana teknologi akan menggantikan sektor 40 persen pekerjaan saat ini.
“Terakhir demografi global, di mana penduduk dunia menjadi 9,45 miliar dan porsi lansia meningkat untuk Asia saja sekitar 55 persen,” tutupnya.
(RLS)